Corak Mimpi, Bukti Nyata Perwujudan Mimpi Hingga Jadi Pundi-pundi
March 12, 2020Beberapa koleksi kimono outer produksi Corak Mimpi. (Sumber: Instagram.com/corakmimpi) |
Beberapa orang telah membuktikan bahwa suatu hal yang disukai bisa dijadikan sumber penghasilan. Salah satunya yang dilakukan oleh Najla Assyifa Asayanda Gunawan. Perempuan yang akrab disapa dengan sebutan Sissy ini memperoleh penghasilan melalui bisnis fashion yang dirintisnya, yaitu kimono outer dan scarf.
Sissy telah menyukai fashion sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama. Sekitar tahun 2012, Sissy pun berpikir bahwa dari ketertarikannya di bidang fashion bisa menghasilkan uang.
"Jadi, awalnya aku tertarik bisnis itu udah cukup lama. Pas SMP dahulu aku udah kepikiran mau bisnis kimono outer karena sering lihat di sosial media, seperti Pinterest, Tumblr, dan We Heart It. Zaman itu, aku lihatnya kimono outer menjadi pakaian yang masih jarang digunakan oleh masyarakat Indonesia," jelasnya.
Potret Sissy saat mengenakan salah satu kimono outer produksi Corak Mimpi. (Sumber: Instagram.com/sissy.gunawan) |
Namun, keberanian Sissy untuk merealisasikan bisnis fashion ini baru dapat diwujudkan ketika melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. Tepatnya, pada bulan Februari 2018. Sissy memulai bisnis fashionnya dengan nama label, Corak Mimpi.
"Awal bisnis ini sih cukup yakin. Ya, karena aku sudah pernah berjualan kecil-kecilan sebelumnya. Pernah jual kartu ucapan dan scrunchies (ikat rambut) handmade. Jadi, ya aku yakin untuk ngejalanin Corak Mimpi karena kalau tidak dimulai sekarang, mau kapan lagi?," ujar Sissy.
Selain itu, ide bisnis ini juga sudah menjadi rencananya sejak lama. Terlebih, melihat peluang kimono outer di pasaran Indonesia masih cukup besar karena masih belum banyak toko pakaian yang menjual produk sama sepertinya.
Nama label Corak Mimpi memiliki makna tersendiri. Menurut Sissy, Corak mewakili produk kimono outer dan scarf produksinya karena terdiri dari berbagai corak atau motif. Sedangkan Mimpi menggambarkan harapan, cita-cita, dan wujud nyata dari keinginan bisnis fashion yang telah ia impikan selama ini.
Scarf produksi Corak Mimpi. (Sumber: Instagram.com/corakmimpi) |
Tak hanya nama label yang menarik, Corak Mimpi juga mempunyai hal lain sebagai pembeda, yaitu mengenai produksi kimono outer dan scarf terbatas. "Kita hanya produksi satu corak atau motif kain sebanyak satu, tiga, atau maksimal lima buah saja. Hal ini karena Corak Mimpi ingin mengedepankan keunikannya," kata Sissy.
Proses produksi dari kimono outer dan scarf diakui Sissy tidak terlalu rumit atau terasa membebaninya. Kimono outer dan scarf pada Corak Mimpi meliputi proses pemilihan kain sebagai bahan baku dan penentuan konveksi untuk tempat produksi.
Bahan kain yang dipilih cukup beragam, yaitu wolfis, kartun rayon, crepe, semi satin, dan chiffon. Tentunya, dengan corak dan warna yang unik nan cantik.
Sissy mengungkapkan, "Biasanya aku belanja kain untuk bahan di pasar. Ya, harus panas-panasan, selektif, dan perlu banyak pertimbangan. Jadi, ketika belanja bahan juga aku berpikir. Mengira-ngira sendiri gitu, gimana selera atau kesukaan pasar."
Ia menambahkan, kendala yang dihadapi ketika produksi adalah masalah konveksi karena setiap konveksi biasanya sudah memiliki banyak pesanan sehingga barang produksinya mengalami keterlambatan.
Dalam menentukan harga jual kimono outer dan scarf, Sissy melakukan banyak pertimbangan. Selain dari ongkos produksi yang telah dikeluarkan, ia juga melakukan perbandingan antara toko atau penjual barang yang sama dengannya. Jadi, harga jual produk Corak Mimpi cukup bersaing di pasaran.
Minatnya yang cukup tinggi di bidang fashion ini membuat Sissy menikmati kegiatan berjualan kimono outer dan scarf. Meskipun ia masih memiliki kewajiban studi di Universitas Diponegoro, Semarang.
"Saat ini sih aku masih mengurus bisnis Corak Mimpi secara mandiri. Mulai dari rencana produksi, admin sosial media, hingga pengemasan. Dalam hal keuangan pun aku masih mengelolanya sendiri, seperti seberapa besar alokasi dana yang harus disiapkan untuk produksi," tutur Sissy.
Salah satu hasil pemotretan untuk katalog kimono outer Corak Mimpi. (Sumber: Instagram.com/corakmimpi) |
Namun, untuk pembuatan katalog kimono outer serta scarf yang ia buat di sosial media, seperti Instagram dan Line, Sissy dibantu oleh teman atau saudaranya.
Menjalani kewajiban sebagai mahasiswi dan wirausaha sekaligus membuat Sissy harus pintar mengelola waktu. Ia biasa membuat jadwal perencanaan kegiatan sehingga kedua pekerjaan tersebut berjalan seimbang.
"Misalnya, kalau di kampus aku ada tugas atau rapat, tetapi aku juga harus mengirim pesanan Corak Mimpi. Aku pasti buat to do list sebagai panduan kegiatan aku. Dari situ aku jadi lebih disiplin sehingga semua pekerjaan dapat terselesaikan. Meskipun cukup sulit, aku tetap senang menjalani dua hal ini karena bisa membuatku belajar cara mengelola waktu dengan baik," ungkap Sissy.
Mahasiswi jurusan Ilmu Komunikasi ini mengatakan bahwa cara mengelola bisnis Corak Mimpi dipelajari dari beragam sumber, "Terutama dari Mama karena dahulu pernah membuka usaha fashion juga. Waktu itu Mama berjualan mukena dan pakaian muslim di rumah. Jadi, Mama banyak memberi saran dalam hal produksi, perencanaan, dan penentuan harga."
Selain itu, Sissy juga mendapatkan banyak ilmu bisnis dari kegiatan organisasi di kampus. "Aku belajar bisnis dari himpunan jurusan dan bergabung ke dalam departemen bisnis. Di sana aku banyak bertemu teman pebisnis dari mulai yang baru merintis atau bahkan udah cukup sukses. Jadi, seperti wadah untuk aku berbagi ilmu, khususnya bisnis."
Sissy pun cukup aktif mengikuti seminar kewirausahaan yang diselenggarakan tempatnya berkuliah. Ia mengaku banyak mendapatkan pelajaran dari pengalaman-pengalaman yang diceritakan oleh para pebisnis lain saat seminar berlangsung.
Ia menyatakan bahwa dirinya akan terus mengembangkan Corak Mimpi menjadi lebih baik. Ke depannya, ia berencana untuk menambahkan kemeja sebagai produk yang dijual.
"Aku juga mau coba untuk menjual scrunchies lagi seperti yang pernah aku lakukan dahulu. Di Corak Mimpi ini aku ada rencana produksi scrunchies handmade, tetapi masih dikembangkan dan banyak uji coba," tutup Sissy.
0 komentar